Sabtu, 25 Juni 2016

SHOHABAT ‘UTSMAN BIN ‘AFFAN

Khalifah yang santun dan pemurah

Beliau adalah ‘Utsman bin ‘Affan bin Abul ‘Ash bin Umayyah bin Abdis Syams bin Abdi Manaf, suku Quraisy dari Bani Umayyah. Beliau dilahirkan tahun keenam setelah kelahiran Rasulullah saw. Beliau termasuk angkatan yang pertama kali masuk Islam, tepatnya setelah Islamnya Abu Bakar, ‘Ali dan Zaid bin Haritsah.   Beliau sendiri masuk agama Allah atas dakwah Abu Bakar As Siddiq. Ketika di masa jahiliyyah beliau terkenal orang yang sangat bagus akhlaknya, sangat pemalu untuk berbuat nista, lemah lembut dan dicintai oleh semua orang Quraisy.

Ketika ia masuk Islam, pamannya Al Hakam bin Abul ‘Ash mengikatnya erat-erat seraya berkata, “Engkau akan berpaling dari ajaran leluhurmu dan beralih ke agama Muhammad?! Demi Allah, aku tidak akan melepasmu selamanya sampai engkau kembali kepada agama semula!”. Ia menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan dan berpisah dari agama Muhammad saw selama-lamanya!”. Ketika Al Hakam melihat keteguhan Utsman terhadap Islam tersebut, Al Hakam pun akhirnya melepaskannya.

Utsman merupakan menantu Rasulullah saw dari kedua putrinya yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dimana tidak ada sebelumnya seorang yang menikahi dua putri seorang nabi selain beliau. Oleh karena itu beliau mendapat julukan Dzun Nurain (pemilik dua cahaya).

Beliau adalah yang termasuk pertama kali hijrah ke Habasyah (Ethiopia) dengan Ruqoyah dan keluarganya, bersama 11 laki-laki dan 11 perempuan muslim.sehingga beliaulah yang pertama kali berhijrah kepada Allah bersama keluarganya setelah Nabi Luth as. Beliau setelah itu, hijrah ke Madinah. Sehingga beliau sering dijuluki Dzun Nurain wal Hijratain (pemilik dua cahaya dan yang berhijrah dua kali). Karena ia sudah memiliki kontak bisnis di Habasyah, masa setahun di negeri Raja Najasyi ini ia gunakan untuk menjadi pengusaha yang cukup sukses. Ia kembali ke Makkah. Di Makkah ia tinggal selama sekitar 7 tahun sebelum ia hijrah ke Madinah pada tahun 622

Beliau adalah seorang yang memiliki khasyyah (rasa takut) yang sangat besar kepada Allah swt. Pernah salah seorang sahabat bertanya kepadanya, “Wahai ‘Utsman, kenapa setiap kali disebutkan di sisimu tentang kubur selalu engkau menangis, tetapi jika disebutkan tentang surga dan neraka engkau tidak menangis?”. Beliau menjawab, “Karena aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari persinggahan-persinggahan akherat, barangsiapa yang selamat di dalamnya maka urusan sesudahnya akan lebih mudah lagi, tetapi barangsiapa yang tidak selamat di dalamnya (disiksa) maka urusan sesudahnya jauh lebih sulit lagi’.”

Beliau terkenal sebagai pedagang yang berhasil dan kaya raya, namun demikian ia sangat pemurah dan rendah hati. Diantara kedermawanan Utsman terlihat saat persiapan perang Tabuk, iklim jazirah Arab saat itu sangat panas dan kekurangan bahan pangan dan harta. Ketika itu, kondisi itu dilukiskan oleh Al Qur’an dengan istilah sa’atil ‘usrah (saat yang sulit). Rasulullah saw menyerukan kepada umat Islam agar menyumbangkan harta mereka untuk persiapan jihad. Beliau bersabda,, مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ.

“Barangsiapa yang membekali tentara perang Tabuk maka baginya surga”. (HR. Bukhari), maka datanglah ‘Ustman bin ‘Affan ra kepada Rasulullah saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saya siap membekali tentara dengan 300 ekor unta lengkap dengan perlengkapannya di jalan Allah.” Mendengar itu Rasulullah saw berkata, “Tidak masalah bagi ‘Utsman apa yang akan dia perbuat setelah ini.”

Di samping itu beliau juga menyumbangkan hartanya sebanyak 1000 dinar, beliau datang menghampiri nabi saw seraya menuangkan uang tersebut ke pangkuan nabi saw. Nabi saw membalik-balikkan uang tersebut seraya bersabda, “Tidak masalah bagi ‘Utsman apa yang akan dia perbuat setelah ini.” Nabi mengulangi sabdanya itu dua kali.

Suatu ketika, kaum muslimin di Madinah pernah kekurangan air dan sangat membutuhkan sumur yang banyak airnya. Nabi saw menyeru kaum muslimin untuk membuat sumur seraya bersabda:                                                 مَنْ حَفَرَ بِئْرَ رُوْمَة فَلَهُ الْجَنَّةُ.

“Barangsiapa yang menggali sumur Ruumah (nama tempat) maka baginya surga”. Lalu datanglah ‘Utsman untuk membiayai pembuatan sumur tersebut.

Pada saat yang lain, di kota Madinah tertimpa musim paceklik yang membuat harga bahan pangan sangat mahal karena langkanya. Di tengah kelangkaan bahan pangan itu datanglah iring-iringan kafilah dagang Utsman bin Affan ra dari Syam, dengan seribu ekor unta yang penuh dengan muatan gandum, minyak dan anggur. Mendengar hal itu para pedagang di Madinah serentak mendatangi Utsman untuk membeli bahan pangan tersebut. Maka Utsman ra berkata kepada mereka, “Berapa kalian mampu membeli barang dagangan tersebut ?” sebagian menjawab, “Kami mampu membeli lima kali lipat dari harga belinya.”

Utsman bertanya, “Siapa yang sanggup membelinya dengan harga sepuluh kali lipat dari harga belinya ?” Mereka berkata, “Siapa yang sanggup dengan harga sebesar itu ?! ini sungguh harga yang sangat mencekik !”

Maka Utsman berkata, “Sesungguhnya Allah swt menjanjikan kepadaku untuk memberikan keuntungan sebanyak sepuluh kali lipat dari setiap dirham dengan firmannya, ‘Siapa yang membawa satu kebaikan, maka baginya sepuluh yang semisalnya.’ (QS. Al An ‘am: 160) Adakah diantara kalian yang bisa membelinya?” Mereka menjawab, “Tidak!”

Maka Utsman ra berkata, “Persaksikanlah oleh kalian bahwa barang dagangan ini semua aku sedekahkan bagi kaum fakir miskin di Madinah.”

Beliau terkenal seorang sholeh yang sangat tekun dalam beribadah. Setiap malamnya ia lewati dengan berdiri, ruku’ dan sujud. Beliau hanya tidur sejenak saja di awal malam sedangkan siang harinya beliau lewati dengan puasa sunnah. Seorang tabi’in, Muhammad bin Sirin -rahimahullah- berkata, “‘Utsman ra senantiasa menghidupkan seluruh malamnya dengan shalat. Di samping itu beliau terkenal sangat banyak membaca Al Qur’an dan selalu mengkhatamkannya setiap 3 hari. Beliau pernah berkata, “Seandainya hati kita suci, niscaya kita tidak akan pernah bosan membaca Al Qur’an. Sungguh, aku tidak suka apabila datang padaku suatu hari yang di situ aku tidak melihat mushaf (Al Qur’an).”

Beliau adalah sahabat Rasulullah saw yang sangat setia. Sumbangan harta beliau dalam jihad-jihad yang dilakukan oleh Rasulullah saw tidak terhitung.

Sebelum perjanjian Hudaibiyah nabi saw mengutus ‘Utsman bin Affan ra untuk menemui dan berunding dengan orang-orang Quraisy. Beliau tertahan di Makkah beberapa hari sehingga tersebar berita bahwa beliau telah dibunuh oleh orang Quraisy. Mendengar berita itu Rasulullah saw langsung meminta kepada seluruh sahabatnya ketika itu untuk berbai’at (berjanji setia) kepada nabi saw untuk memerangi orang-orang Quraisy yang telah membunuh ‘Utsman ra maka seluruh sahabat ketika itu membai’at Rasulullah saw dan beliau saw bersabda, “Sesungguhnya ‘Utsman bin ‘Affan sedang melaksanakan urusan Allah dan Rasul-Nya.” Lalu beliau saw menepukkan sebelah tangannya ke tangannya yang lain (sebagai isyarat tangan sebelahnya itu adalah tangan ‘Utsman). Peristiwa bai’at tersebut dikenal dengan bai’atur ridhwan.

Sepeninggal Umar bin Khoththob ra, umat Islam bersepakat bulat untuk membai’at beliau sebagai khalifah, beliau menjabatnya selama 12 tahun. Ketika masa pemerintahannya wilayah Islam meluas karena banyaknya kemenangan-kemenangan (futuuhat) yang diraih oleh tentara Islam sehingga baitul maal melimpah ruah dengan ghanimah maupun jizyah (pajak yang diambil dari ahli kitab) sehingga kesejahteraan umat Islam ketika itu sangat baik.

Beliaulah yang pertama kali membukukan Al Qur’an dalam satu mushaf dan menyatukan bacaan kaum muslimin dalam satu huruf (dialek) dalam rangka menghindari perselisihan kaum muslimin terhadap kitab sucinya, sehingga mushaf yang ada di muka bumi ini mengikuti mushaf yang ditetapkan oleh khalifah ‘Utsman ra.

Murrah bin Ka’ab ra berkata, “Aku mendengar pada suatu hari Rasulullah saw pernah menyebut tentang suatu fitnah (ujian) yang akan menimpa umatnya, maka ketika itu lewatlah seorang yang menutup kepalanya dengan kain maka beliau saw bersabda, “Orang ini ketika itu berada di atas petunjuk.” Lalu aku berdiri untuk melihat orang itu, ternyata ia adalah Utsman bin Affan. Lalu aku menghadap Rasulullah saw dengan sepenuh wajahku seraya bertanya, “Orang ini?” beliau saw menjawab, “Ya.” (HR. At Tirmidzi, Al Hakim dan Ibnu Majah)

Beliau termasuk salah satu dari sepuluh sahabat utama Rasulullah saw yang mendapat kabar gembira dari Nabi saw bahwa mereka akan menjadi penduduk surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar