Sabtu, 25 Juni 2016

HASAN AL - BASHRI

HASAN AL - BASHRI

Al-Hasan adalah Maula Al-Anshari. Ibunya bernama Khairah, budak Ummu Salamah yang dimerdekakan, dikatakan Ibnu Sa’ad dalam kitab tabaqat Hasan adalah seorang alim yang luas dan tinggi ilmunya, terpercaya, seorang hamba yang ahli ibadah dan fasih bicaranya. Bapaknya bernama Pirouz (kemudian dikenal sebagai Abul Hasan), yang menjadi budak pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khattab. Dari kampungnya Pirouz kemudian dibawa ke Madinah sebagai seorang tawanan. Pirouz dan seorang perempuan dari kampungnya, diberikan kepada Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah memberikan mereka berdua kepada saudara terdekat dia dan keduanya lantas menikah dengan tuan mereka dan dibebaskan.

Hasan al-Basri dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijrah (642 Masehi). Dia pernah menyusu dengan Ummu Salamah, isteri Rasulullah S.A.W. Pada usia 14 tahun, Al-Hasan pindah ke kota Basrah, Irak, dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri. Hasan kemudian dikategorikan sebagai seorang Tabi'in (generasi setelah sahabat). Hasan al-Basri juga pernah berguru kepada beberapa orang sahabat Rasulullah S.A.W. sehingga dia muncul sebagai Ulama terkemuka dalam peradaban Islam.

Hasan Al Bashri (Hasan Al Basri, Al Hasan) adalah ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah. Hasan Al Bashri berguru pada para sahabat Nabi Muhammad SAW, antara lain Utsman bin ‘Affan, Abdullah bin Abbas, ‘Ali bin Abi Talib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah and Abdullah bin Umar (--r.a.--).

Hasan Al Bashri, seorang alim yang luas dan tinggi ilmunya, terpercaya, seorang hamba Alloh yang ahli ibadah lagi fasih bicaranya. Beliau salah seorang fuqoha (ahli fiqih) yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran dihadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah.


(Bukan KODE) Referensi: Kisah Hasan Al-Bashri dan Seorang Anak Perempuan - aura-ilmu http://www.aura-ilmu.com/2013/07/Kisah-Hasan-Al-Bashri-dan-Seorang-Anak-Perempuan.html#ixzz4CbLBSBIn

Hasan Al Bashri berguru pada para sahabat Nabi, antara lain: Utsman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Talib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah and Abdullah bin Umar. Al-Hasan menjadi guru di Basrah, (Iraq) dan mendirikan madrasah di sana. Di antara para pengikutnya yang terkenal adalah Amr ibn Ubaid dan Wasil ibn Atha. Dia salah seorang fuqaha yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran di hadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah. Dia menerima hadits dari Abu Bakrah, Imran bin Husein, Jundub, Al Bajali, Muawiyah, Anas, Jabir dan meriwayatkan hadits dari beberapa sahabat diantaranya ‘Ubay bin Ka’ab, Saad bin Ubadah, Umar bin Khattab walaupun tidak bertemu dengan mereka atau tidak mendengar langsung dari mereka. Dan kemudian hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Jarir bin Abi Hazim, Humail At Thawil, Yazid bin Abi Maryam, Abu Al Asyhab, Sammak bin Harb, Atha bin Abi Al Saib, Hisyam bin Hasan dan lain-lain.

Hasan al-Basri meninggal dunia di Basrah, Iraq, pada hari jum'at 5 Rajab 110 Hijrah (728 Masehi), pada umur 89 tahun.

Hasan adalah pendukung kuat nilai tradisional dan cara hidup zuhud, kehidupan duinia hanyalah perjalanan untuk ke akhirat, dan kesenangan dinafikan untuk mengendalikan nafsu. Tetapi dia bukanlah seorang sufi.Khutbah-khutbah dia dianggap sebagi contoh terbaik dan terawal sastra Arab

Saat Imam Hasan Al-Basri memberikan wejangan kepada para santrinya. Tiba-tiba ada salah satu orang yang hadir mengangkat tangan dan berkata, "wahai Imam, kami ingin menyampaikan satu hal jika diperkenankan". Dijawab oleh Imam Hasan Basri "silakan !"

Kemudian orang tersebut bercerita "wahai Imam, aku sangat mengagumi majlismu, sungguh ini adalah majlis yang sangat berwibawa dan penuh kesejukan. Akan tetapi kenapa ada ditempat jauh disana ada seorang guru yang selalu menyebut Imam Hasan Al-Basri dengan sebutan yang tidak pantas dan menjelek-jelekkan Imam Hasan Al-Basri."
Sebelum orang tersebut selesai berbicara Imam Hasan Basri telah memotong pembicaraanya dan berkata, "hentikan wahai tamuku pembicaraanmu! sekarang dengarlah omonganku! Orang yang engkau sebut itu aku sangat mengenalnya, karna dia adalah salah satu sahabatku. Adapun yang kau sampaikan kepadaku bahwa dia selalu membicarakan kejelekanku maka ketauilah!jika engkau berbohong dengan omonganmu itu maka engkau harus di cambuk, sebab engkau telah berdusta"

Seketika orang tersebut menyambut dan berkata. "wahai Imam, sungguh aku tidak bedusta karena aku mendengarnya langsung." Kemudian Imam Hasan Basri melanjutkan pembicaraanya, "dan jika apa yang engkau sampaikan itu adalah benar maka engkau juga harus di cambuk karena engkau telah menggunjing dan mengadu-domba antara aku dengan temanku itu, kira-kira kamu pilih yang mana?"
Mendengar ungkapan Imam Hasan Al-Basri ini orang tersebut merasa malu dan akhirnya permisi dan bergegas meninggalkan majlisnya Imam Hasan Basri.

Sebuah kecerdasan hati memancar dari diri sang imam. Hati yang tanggap terhadap penyakit yang dihembuskan oleh otak-otak kotor dan hati-hati yang tidak terdidik. Menyebut kejelekan orang lain adalah antara menggunjing dan berdusta. Jika benar yang di bicarakan itulah hakekat menggunjing dan jika tidak benar itulah berdusta.
Dan zaman kita bukanlah zaman yang lebih baik dari zamanya Imam Hasan Al-Basri. Artinya, kita di tuntut untuk lebih ketat dalam menjaga hati kita agar tidak terjangkit penyakit kebencian kepada sesama yang di hembuskan bersama gunjingan yang kita dengar. Kita harus pandai menghentikan usaha orang-orang terlena dalam menghancurkan keindahan kita dalam bermasyarakat.

Sungguh menggunjing adalah adalah pekerjaan yang membawa dosa yang amat besar. Jika kita tahu betapa besar dosanya berzina dan betapa busuk dan menjijikkanya ia. Akan tetapi sungguh kebusukan dan kekejian zina masih terkalahkan oleh menggunjing. Orang tidak berzina kecuali di tempat tertentu. Akan tetapi yang namanya menggunjing, sungguh medanya teramat luas. Kerlingan mata dan batuk yang dibuat-buatpun bisa mengandung makna gunjingan. Bahkan seorang yang lagi duduk di tengah mesjid atau seorang ustad yang lagi berceramah diatas mimbarpun bisa menggunjing.

Orang sering terlena dengan menggunjing. Terbawa dalam sebuah perbincangan yang panjang lebar tiba-tiba tanpa disadari ia telah berada di tengah tengah lautan gunjingan. Bahkan ada yang menggunjing sudah mendarah-daging didalam dirinya hingga ia tidak sadar jika setiap gerak dan ucapanya selalu memberi arti gunjingan.

Yang selamat adalah yang waspada, Imam Hasab Al-Basri adalah suri tauladan kita. Cermati semua orang yang berbicara dengan Anda. Jika yang di bicarakan adalah kejelekan sahabat Anda atau yang lainya. Maka ketauhilah itu adalah gunjingan. Dan sadarilah bahwa di balik pembicraan itu adalah racun yang ditabur di hati Anda. Tanpa Anda sadari setelah itu Anda akan berprasangka buruk kepada orang yang Anda dengar ceritanya. Dan bisa jadi yang semula Anda hanya menjadi pendengar di suatu saat Anda telah berubah menjadi penggunjing. Semoga Allah menjauhkan kita dari digunjing dan menggunjing.

Suatu hari imam Hasan albashri (seorang tokoh ulama besar dari kalangan tabiin) kedatangan seorang tamu yang menceritakan tentang salah satu ulama yang juga dikenal oleh imama Hasan albashri.

Tamu tersebut berkata"wahai imam kami mendengar seorang alim di kampung sebelah selalu membicarakan kejelekan imam Hasan albashri".

Mendengar ungkapan tamu tersebut imam Hasan albashri berkata"wahai tamuku jika engkau berbohong niscaya engkau akan aku cambuk"

Sepontan sang tamu berkata "wahai imam sungguh aku tidak berdusta,aku mendengarnya langsung dengan telingaku sendiri"

Mendengar pengakuan yang dengan penuh keyakinan itu lalu imam Hasan albashri berkata"dan jika engkau benar dengan omonganmu maku engkaupun harus aku cambuk karena engkau telah mengadu-domba antara akau dengan orang alim tersebut dengan apa yang engkau sampaikan,silakan tinggalkan majlisku ini jangan engkau kotori!"

Inilah sekelumit kisah kecerdasan hati imam Hasan albashri yang tidak mudah kemakan fitnah.Berbohong di cambuk tidak berbohong di camabuk. Karena kedatang orang seperti itu bisa menjadi sebab perpecahan dan permusuhan.Biarpun niatnya baik akan menjadi tidak baik.

Dari kisah tersebut bisa kita ambil faidah :

Pertama ,kita jangan mudah termakan fitnah dan harus senantiasa waspada dengan siapapun yang datang kepada kita dengan membawa berita negatif tentang saudara kita atau orang dekat kita atau sesama pejuang di jalan Alloh.

Kedua,jangan diperkenakan tempat kita dijadikan tempat untuk membicarakan kejelekan orang lain,sebab itu adalah menggunjing dan dosanya amat besar .

Ketiga,jangan menghadiri tempat yang biasa di gunakan untun membicarakan kejelekan oran lain dan akan menjadi haram kita menghadirinya.

Keempat,menjadilah cerdas hati seperti imam Hasan albashri.

Semoga Alloh membersihkan hati kita dari segala penyakit-penyakitnya!semoga Alloh menjadikan kita hamba-hamba yang saling mencintai kerena-Nya jauh dari fitnah permusuhan ,kebencian dan kedengkian! ( Buya Yahya )
TOLERANSI BERTETANGGA DEGAN ORANG NASRANI
Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan Al-Bashri untuk tetap hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi.

Di dalam kamar Hasan Al-Bashri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya. Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan Al-Bashri agar tetesan tak meluber. Hasan Al-Bashri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi ubin.

Hasan tak pernah berniat memperbaiki atap itu. “Kita tak boleh mengusik tetangga,” dalihnya.

Jika dirunut, atap kamar Hasan Al-Bashri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya. Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam tanpa mengikuti saluran yang tersedia.

Tetangga Nasrani itu tak bereaksi apa-apa tentang kejadian ini karena Hasan Al-Bashri sendiri belum pernah mengabarinya. Hingga suatu ketika si tetangga menjenguk Hasan Al-Bashri yang tengah sakit dan menyaksikan sendiri cairan najis kamar mandinya menimpa ruangan Hasan Al-Bashri.

“Imam, sejak kapan engkau bersabar dengan semua ini,” tetangga Nasrani tampak menyesal.

Hasan al-Bashri hanya terdiam memandang, sambil melempar senyum pendek.

Merasa tak ada jawaban tetangga Nasrani pun setengah mendesak. “Tolong katakan dengan jujur, wahai Imam. Ini demi melegakan hati kami.”

Dengan suara berat Hasan Al-Bashri pun menimpali, “Dua puluh tahun yang lalu.”

“Lantas mengapa engkau tidak memberitahuku?”

“Memuliakan tetangga adalah hal yang wajib. Nabi kami mengajaran, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangga’. Anda adalah tetangga saya,” tukasnya lirih.

Tetangga Nasrani itu seketika mengucapkan dua kalimat syahadat. (Mahbib Khoiron)

Dikisahkan dari Hasan Al-Bashri, bahwa ia sedang duduk di dekat pintu rumah ketika sedang lewat jenazah seseorang laki-laki, dibelakangnya diikuti banyak orang, sedang di bawah jenazah berjalan seorang anak kecil perempuan dengan rambut terurai sambil menangis.

Al-Hasan mengikuti jenazah. Sedangkan anak perempuan yang di bawah jenazah itu berkata: "Hai bapakku, mengapa tiba hari yang semacam ini dalam hidupku?"

Al-Hasan berkata kepada anak perempuan itu: "Tidak akan datang lagi hari yang seperti ini kepada ayahmu".

Al-Hasan mensholatkan jenazah, kemudian pulang.
Kisah Hasan Al-Bashri dan Seorang Anak Perempuan

www.aura-ilmu.com » Hikmah » Kisah Hasan Al-Bashri dan Seorang Anak Perempuan
Diposkan oleh Tatang Gunawan Label: Hikmah Last updated Januari 10, 2016

Kisah Hasan Al Bashri. Hasan Al Bashri (Hasan Al Basri, Al Hasan) adalah ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah. Hasan Al Bashri berguru pada para sahabat Nabi Muhammad SAW, antara lain Utsman bin ‘Affan, Abdullah bin Abbas, ‘Ali bin Abi Talib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah and Abdullah bin Umar (--r.a.--).

Hasan Al Bashri, seorang alim yang luas dan tinggi ilmunya, terpercaya, seorang hamba Alloh yang ahli ibadah lagi fasih bicaranya. Beliau salah seorang fuqoha (ahli fiqih) yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran dihadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah.

Kisah Hasan Al-Bashri

Dikisahkan dari Hasan Al-Bashri, bahwa ia sedang duduk di dekat pintu rumah ketika sedang lewat jenazah seseorang laki-laki, dibelakangnya diikuti banyak orang, sedang di bawah jenazah berjalan seorang anak kecil perempuan dengan rambut terurai sambil menangis.

Al-Hasan mengikuti jenazah. Sedangkan anak perempuan yang di bawah jenazah itu berkata: "Hai bapakku, mengapa tiba hari yang semacam ini dalam hidupku?"

Al-Hasan berkata kepada anak perempuan itu: "Tidak akan datang lagi hari yang seperti ini kepada ayahmu".

Al-Hasan mensholatkan jenazah, kemudian pulang.

Kisah Hasan Al-Bashri dan Seorang Anak Perempuan
Keesokan hari, Al-Hasan pergi ke masjid untuk sholat shubuh, setelah itu duduk di dekat pintu rumah. Tiba-tiba ia melihat anak perempuan yang dilihatnya kemarin lewat sambil menangis dan berziarah menuju makam ayahnya.

Al-Hasan berkata, "Sesungguhnya anak perempuan ini cerdas, sebaiknya kuikuti dia, barangkali ia akan mengucapkan perkataan yang bermanfaat bagiku".

Al-Hasan mengikuti anak itu. Ketika ia tiba di makam ayahnya, Al-Hasan bersembunyi.

Anak perempuan itu memeluk makam sang ayah dan meletakkan pipi di atas tanah seraya berkata,
"Wahai ayahku, bagaimana engkau tinggal di dalam kegelapan makam seorang diri tanpa lampu maupun penghibur?"

"Wahai ayahku, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, siapakah yang menyalakan lampu bagimu tadi malam?"

"Wahai ayahku, kemarin malam kupijit kedua tangan dan kakimu, siapakah yang memijitmu tadi malam?"

"Wahai ayahku, kututupi anggota-anggota badanmu yang terbuka kemarin malam, siapakah yang menutupimu tadi malam?"

"Wahai ayahku, kuberi engkau minuman, siapakah yang memberimu minuman tadi malam?"

"Wahai ayahku, kemarin malam aku merenungi wajahmu, siapakah yang merenungi wajahmu tadi malam?"

"Wahai ayahku, kemarin malam engkau memanggilku dan aku menjawab panggilanmu, siapakah yang engkau panggil tadi malam dan siapakah yang menjawab panggilanmu?"

"Wahai ayahku, kemarin malam kuberi engkau makanan ketika engkau ingin makan, apakah tadi malam engkau menyukai makanan dan siapakah yang memberimu makanan?"

"Wahai ayahku, kemarin malam aku memasak macam-macam makanan untukmu, siapakah yang memasak untukmu tadi malam?"

Al-Hasan pun menangis dan menampakkan diri kepada anak perempuan itu, kemudian berkata,
"Wahai anakku, janganlah engkau mengucapkan kata-kata ini, akan tetapi katakanlah!"

"Wahai ayahku, kami telah menghadapkanmu kearah kiblat, apakah engkau tetap demikian ataukah telah dihadapkan ke tempat lain?"

"Wahai ayahku, kami telah mengkafanimu dengan kafan terbaik, apakah tetap begitu ataukah kafan itu telah ditanggalkan darimu?"

"Wahai ayahku, kami telah meletakkan badanmu di dalam kubur dalam keadaan utuh, apakah engkau tetap begitu ataukah engkau telah dimakan cacing?"

"Wahai ayahku, para ulama berkata bahwa kubur itu dilapangkan bagi sebagian manusia dan disempitkan bagi sebagian yang lain, Apakah kubur itu terasa sempit bagimu ataukah terasa lapang?"

"Sesungguhnya para ulama berkata, bahwa sebagian mereka diganti kafannya dari surga dan sebagian lainnya diganti kafan dari neraka, apakah kafanmu diganti dari neraka atau kafan dari surga?"

"Wahai ayahku, sesungguhnya para ulama berkata, bahwa kubur itu bisa merupakan salah satu kebun surga atau salah satu parit neraka, apakah kuburmu seperti Surga ataukah Neraka?"

"Wahai ayahku, sesungguhnya para ulama berkata, bahwa kubur itu memeluk sebagian penghuninya seperti ibu yang penuh kasih sayang dan bisa membenci serta menghimpit sebagian manusia hingga tumpang tindih tulang-tulang rusuk mereka, apakah kubur ini memelukmu atau membencimu?"

"Wahai ayahku, para ulama berkata, bahwa siapa yang diletakkan dalam kubur, bila ia seorang yang bertaqwa iapun menyesal karena kurang banyak berbuat kebaikan dan bila ia seorang berdosa ia menyesal mengapa telah melakukan maksiat, Apakah engkau menyesal atas dosa-dosamu atau karena sedikitnya kebaikanmu?"

"Wahai ayahku, jika aku memanggilmu tentu engkau menjawab panggilanku dan selama aku memanggilmu di kepala kuburmu mengapa aku tidak mendengar suaramu?"

"Wahai ayahku, engkau telah pergi dan aku tidak bisa berjumpa denganmu hingga hari kiamat, Ya Alloh... janganlah engkau haramkan kami dari pertemuan dengannya pada hari kiamat."

Kemudian anak perempuan itu berkata, "Hai Al-Hasan, alangkah baiknya perkataan yang engkau ucapkan untuk ayahku dan alangkah baiknya nasehatmu kepadaku dan peringatanmu terhadap orang-orang lalai.

Setelah kejadian itu, kemudian pulanglah anak perempuan itu bersama Hasan Al-Bashri, keduanya pulang sambil menangis.

Kisah Hasan Al-Bashri dan Anak Perempuan ini hendaklah dapat dijadikan renungan teladan, karena setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Dan setiap yang sudah mati itu akan menghadapi satu alam yang sangat hebat yaitu alam kubur. Mudah-mudahan kita mendapati alam kubur kita sebagai tempat yang membahagiakan dan sebaik-baiknya. Amin.

Kata Mutiara Islam dari Imam Hasan Al Bashri
Kata mutiara 1

“Wahai anak Adam! Kalian tidak lain hanyalah kumpulan hari, setiap satu hari berlalu maka sebagian dari diri kalian pun ikut pergi.”

Kata mutiara 2

“Diantara tanda berpalingnya Allah Subhanahu Wata’ala dari seorang hamba adalah Allah menjadikan kesibukannya pada hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.”

Kata mutiara 3

“Semoga Allah merahmati seorang hamba yang merenung sejenak sebelum melakukan suatu amalan. Jika niatnya adalah karena Allah, maka ia melakukannya. Tapi jika niatnya bukan karena Allah maka ia mengurungkannya.”

Kata mutiara 4

“Tidaklah datang suatu hari dari hari-hari di dunia ini melainkan ia berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah hari yang baru, dan sesungguhnya aku akan menjadi saksi (di hadapan Allah) atas apa-apa yang kalian lakukan padaku. Apabila matahari telah terbenam, maka aku akan pergi meninggalkan kalian dan takkan pernah kembali lagi hingga hari kiamat.”

Kata mutiara 5

“Janganlah Anda tertipu dengan banyaknya amal ibadah yang telah Anda lakukan, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui apakah Allah menerima amalan Anda atau tidak.”

Kata mutiara 6

“Jangan pula Anda merasa aman dari bahaya dosa-dosa yang Anda lakukan, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui apakah Allah mengampuni dosa-dosa Anda tersebut atau tidak.”

Kata mutiara 7

“Saya belum menemukan dalam ibadah, sesuatu yang lebih sulit dari pada shalat di tengah malam.”

Kata mutiara 8

“Seorang mukmin hidup di dunia bagaikan seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari penawanan dan ia tidak akan merasa aman kecuali apabila ia telah berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala.“

Kata mutiara 9

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kematian, sakit dan sehat (bagi setiap hamba-Nya). Barang siapa mendustakan takdir maka sesungguhnya ia telah mendustakan al-Qur’an. Dan barang siapa mendustakan al-Qur’an, maka sesungguhnya ia telah mendustakan Allah.”

Kata mutiara 10

“Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya kamu untung di keduanya, dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, karena kamu akan rugi di keduanya. Singgah di dunia ini sebentar, sedangkan tinggal di akhirat sana sangatlah panjang.”



Rujukan
^ at-Tasawwuf and al-Fuqaraa': Ibn Taimiyyah on Sufism and the Paupers, Majmoo’ al-Fataawaa by Ibn Taimiyah
^ John Esposito, The Oxford Dictionary of Islam, 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar